Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link

Beberapa Sebutan Manusia dalam Alquran dan Maknanya

Allah menyebutkan kata manusia berulangkali di dalam Alquran. Sebutan manusia di dalam Alquran berbeda-beda sesuai dengan maknanya sendiri.

Blog nhw - Alquran merupakan kitab yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw. melalui Malaikat Jibril sebagai pedoman hidup bagi manusia.

Alquran berisi kisah-kisah, perintah dan larangan, sejarah masa lampau yang banyak memberikan pelajaran kepada manusia, maupun hukum-hukum yang harus ditegakkan di dalam kehidupan.

Alquran diturunkan kepada manusia, sehingga Allah memberikan penjelasan yang mudah dipahami oleh manusia.

Manusia merupakan makhluk yang diciptakan Allah dengan sebaik-baiknya. Akal pikiran yang membedakan manusia dengan makhluk Allah lainnya.

Allah menciptakan manusia dengan tujuan tertentu, yaitu menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi.

Sebutan Manusia dalam Alquran

Penyebutan manusia di dalam Alquran memiliki beberapa ragam, di mana penyebutan tersebut disesuaikan dengan konteks penjelasan ayat dan tujuannya. 

Allah menyebutkan kata manusia berulangkali di dalam Alquran. Sebutan manusia di dalam Alquran berbeda-beda sesuai dengan maknanya sendiri.

Beberapa sebutan manusia di dalam Alquran sebagai berikut.

Al-Basyar

Kosa kata al-basyar dinyatakan di dalam Alquran sebanyak 37 kali pengulangan. Pengulangan yang 25 kali mengacu kepada arti yang berkaitan dengan kebutuhan pokok manusia, yaitu makan, minum, kebutuhan seksual, dan sebagainya.

Adapun pengulangan yang 13 kali digunakan dalam permasalahan antara orang kafir dan orang muslim, baik yang berkaitan dengan pengingkaran status kenabian atau pernyataan Allah bahwa nabi-nabi juga memiliki sifat basyariyah sebagaimana manusia pada umumnya.

Seorang nabi pun memiliki sifat basyariyah sebagaimana dipaparkan dalam Surah al-Kahfi ayat 110 berikut.

اِذۡ اَوَى الۡفِتۡيَةُ اِلَى الۡـكَهۡفِ فَقَالُوۡا رَبَّنَاۤ اٰتِنَا مِنۡ لَّدُنۡكَ رَحۡمَةً وَّهَيِّئۡ لَـنَا مِنۡ اَمۡرِنَا رَشَدًا

Artinya: “Katakanlah (Muhammad): ‘Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu ....”.

Secara etimologi, kata al-basyar  tersusun atas akar kata “ba”, “syin”, dan “ra”,  yang dalam berbagai pendapat berarti sesuatu yang tampak baik dan indah, bergembira, menggembirakan, menguliti/mengupas buah, atau memperlihatkan dan mengurus sesuatu.

Untuk memahami pengertian al-basyar secara etimologis dari berbagai pendapat dan maknanya, perhatikanlah uraian berikut berikut!

basyara-busyran = gembira

basyira = kabar gembira

basyura-basyaratu = kebaikan dan keindahan

basyarah = kulit

basyaru = mereka memberi kabar gembira

basyara-tabsyiran = untuk memberikan kabar baik/gembira

basyarun = manusia

basyara-busyran = menguliti/mengupas

basyara ma'rata = menggauli

istabsyarabih = merasa senang, bersuka hati

al-basyaru = manusia

al-basyariyu = bersifat manusia

basyara amra = mengurus, mengendalikan

isytabsyara = optimis

al-bisyru = kegembiraan

abul basyari = Nabi Adam a.s.

al-basyariyatu = kemanusiaan

Kata al-basyar berasal dari bentuk jamak al-basyarat yang artinya kulit, kepala, wajah, dan tubuh tempat tumbuhnya rambut.

Ar-Raghib mengartikan al-basyar berarti kulit yang permukaannya ditumbuhi dengan bulu. Kata tersebut merupakan suatu penggambaran khusus yang berkaitan dengan sosok lahiriah manusia, bahwa perbedaan manusia dengan hewan adalah pada kulit manusia lebih didominasi oleh rambut daripada bulu.

Selanjutnya, kata al-basyar juga digunakan untuk persentuhan laki-laki dan perempuan yang dinamakan al-mulasamah, dapat dimaknai bahwa manusia merupakan makhluk yang senantiasa mengalami reproduksi sebagaimana hewan dan tumbuhan dan berupaya untuk memenuhinya.

Namun, aktivitas seksual manusia harus sesuai dengan aturan dan syariat yang telah ditetapkan Allah kepadanya. 

Penggunaan kata al-basyar di dalam Alquran menunjukkan kepada persamaan terhadap ciri pokok makhluk Allah, yaitu hewan dan tumbuhan.

Manusia merupakan makhluk yang memiliki ketergantungan terhadap hewan dan tumbuhan. Pada penggunanaan kata al-basyar tersebut hanyalah aspek materilnya saja atau dimensi alamiah.

Al-Insan

Kata al-insan terbentuk dari akar kata "hamzah", "nun", dan "sin". Kata insan berasal dari kata anasa, al-uns, anisa, dan nasiya.

Kata yang seakar dengan kata al-insan adalah al-uns. Kata al-insan menunjukkan, selain manusia sebagai makhluk yang bersifat fisik (jasmani), manusia juga merupakan makhluk yang bersifat psikis (rohani).

Kata al-insan dipergunakan untuk menunjukkan arti jinak dan tidak liar atau tidak biadab. 

Kata al-insan juga menunjukkan tentang keistimewaan manusia yang bersifat khas, seperti: kikir, suka membantah, tidak pernah merasa puas, resah, gelisah, takut, tergesa-gesa, dan sebagainya.

Sifat-sifat tersebut merupakan keunikan yang dimiliki manusia karena perpaduan antara dimensi fisik dan psikis yang ada dalam diri manusia.

Ketika manusia mampu menuntun dirinya menuju Tuhan dengan berpedoman pada ajaran Ilahiyah, maka manusia akan menjadi makhluk mulia.

Perpaduan kedua aspek tersebut juga mampu membentuk manusia sebagai makhluk berbudaya yang mampu berbicara, mengetahui baik dan buruk, mengembangan ilmu pengetahuan, dan membentuk peradaban.

Kedua unsur tersebut harus membentuk harmonisasi yang sempurna dalam iman dan amal saleh.

Berdasarkan perpaduan tersebut, manusia disebut sebagai makhluk sempurna yang memiliki kemulian dibandingkan dengan makhluk lainnya, sehingga manusia diberikan amanat oleh Allah di muka bumi sebagai khalifah.

Bani Adam

Kata bani adam menunjukkan bahwa manusia merupakan keturunan Nabi Adam a.s., yaitu bapak segala manusia yang ada.

Kata tersebut juga menunjukkan bahwa Adam adalah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah swt..

Hal tersebut bertentangan dengan Teori Evolusi Darwin yang menyatakan bahwa manusia keturunan kera.

Allah telah menjelaskan di dalam Alquran bahwa manusia memiliki perbedaan dengan hewan dan tidak dapat disamakan dalam segala aspeknya.

Manusia memiliki keistimewaan dibandingkan dengan makhluk lain, yaitu adanya dimensi roh yang ada dalam diri manusia.

Kesimpulan

Penyebutan manusia di dalam Alquran memiliki variasi yang tersebar di seluruh surahnya dengan makna tertentu sesuai penyebutannya.

Secara garis besar, manusia didefinisikan sebagai makhluk Allah yang memiliki unsur fisik dan psikis, yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.

Ketika salah satu unsur terabaikan, maka manusia bukanlah disebut sebagai manusia seutuhnya.

Dengan perpaduan tersebut, manusia dapat melakukan berbagai jenis aktivitas dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan nilai-nilai ketuhanan, sehingga manusia tidak menyimpang dari syariat yang telah ditetapkan Allah dalam kekhalifahannya di muka bumi.

Daftar Pustaka

Basyit, Abdul. 2017. Memahami Fitrah Manusia dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam. Tangerang: Jurnal Rausyan Fikr UMT. Vol. 13. No. 1.

Nuryamin. 2017. Kedudukan Manusia di Dunia, Perspektif Filsafat Pendidikan Islam. Makassar: Jurnal Al-Ta’dib. Vol. 10. No. 1.

Ramayulis. 2015. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

© blognhw.com. All rights reserved. Developed by Jago Desain